Perampokan (robbery) adalah bentuk kejahatan serius yang melampaui pencurian biasa karena melibatkan kekerasan atau ancaman kekerasan terhadap korban. Tindakan ini tidak hanya berujung pada kerugian material, tetapi juga meninggalkan dampak psikologis yang mendalam dan secara langsung mengancam keamanan dan ketertiban masyarakat di Bandung.
Di Kota Bandung, sebagai salah satu kota besar di Jawa Barat, kasus perampokan kerap menjadi sorotan. Pelaku perampokan tidak segan-segan menggunakan senjata tajam, senjata api, atau bahkan kekuatan fisik untuk melumpuhkan korbannya. Lokasi kejadian bisa beragam, mulai dari jalanan sepi, permukiman, hingga tempat usaha seperti toko atau agen pembayaran. Waktu-waktu rawan, seperti malam hari atau dini hari, seringkali menjadi momen favorit para pelaku, meskipun tidak menutup kemungkinan terjadi di siang hari bolong.
Dampak dari perampokan di Bandung sangat berat bagi korban. Selain kehilangan harta benda yang mungkin sangat berharga, korban juga mengalami trauma psikologis yang parah. Rasa takut, cemas berlebihan, paranoid, bahkan post-traumatic stress disorder (PTSD) dapat menghantui mereka dalam jangka panjang. Pengalaman diancam atau disakiti secara fisik meninggalkan luka emosional yang sulit disembuhkan, membuat korban merasa tidak aman bahkan di lingkungan yang seharusnya paling aman seperti rumah mereka sendiri.
Bagi masyarakat Bandung secara keseluruhan, maraknya kasus perampokan menciptakan iklim ketakutan dan keresahan. Masyarakat menjadi lebih waspada dan cenderung membatasi aktivitas di luar rumah, terutama pada jam-jam rawan. Hal ini dapat memengaruhi aktivitas ekonomi dan sosial, karena orang menjadi enggan berinteraksi atau berbisnis di lingkungan yang dirasa tidak aman. Citra kota yang sebelumnya dikenal ramah dan nyaman juga bisa tercoreng.
Pemerintah Kota Bandung dan aparat kepolisian, khususnya Polrestabes Bandung, terus berupaya keras untuk menekan angka kejahatan perampokan. Patroli ditingkatkan, terutama di jam-jam dan lokasi rawan. Penindakan hukum terhadap pelaku juga dilakukan secara tegas untuk memberikan efek jera. Berdasarkan data BPS, kepolisian di Jawa Barat terus berupaya melakukan pencegahan dan penanggulangan kejahatan, termasuk perampokan, melalui berbagai upaya pre-emtif, preventif, dan represif.
Namun, upaya pemberantasan perampokan memerlukan peran aktif dari seluruh elemen masyarakat. Peningkatan kewaspadaan diri, pemasangan sistem keamanan di rumah atau tempat usaha.