Marlina Si Pembunuh dalam Empat Babak (2017) adalah sebuah film bergenre western yang memukau dengan sentuhan budaya lokal Indonesia. Film ini tidak hanya berhasil memenangkan penghargaan di berbagai festival film internasional, tetapi juga menjadi populer di Bandung dan kota-kota lain, membuktikan bahwa sinema lokal dengan kualitas global mampu menarik perhatian luas. Film ini adalah representasi kuat dari keberanian dan perlawanan seorang perempuan di tengah kekerasan.
Disutradarai oleh Mouly Surya, Marlina Si Pembunuh mengambil latar di padang sabana Sumba, Nusa Tenggara Timur. Keindahan lanskap yang gersang dan eksotis menjadi latar belakang kontras bagi kisah yang brutal namun puitis. Sinematografi yang memanjakan mata ini berhasil mengangkat keunikan Sumba, memperkenalkan keindahan alam dan budaya lokal kepada penonton di seluruh dunia.
Cerita Marlina Si Pembunuh berfokus pada Marlina, seorang janda muda yang diserang oleh sekelompok perampok. Dalam upaya membela diri, ia membunuh tujuh dari mereka. Film ini kemudian mengikuti perjalanannya membawa kepala salah satu perampok untuk dilaporkan ke polisi, menghadapi berbagai rintangan dan ancaman baru. Ini adalah kisah balas dendam dan perjuangan seorang perempuan untuk keadilan, sebuah narasi yang kuat.
Salah satu elemen paling menarik dari Marlina Si Pembunuh adalah perpaduan genre western dengan kearifan lokal. Elemen-elemen seperti kuda, padang luas, dan aksi laga individual khas western disajikan dengan sentuhan budaya Sumba yang kental. Perpaduan ini menciptakan gaya yang unik dan segar, memberikan identitas yang kuat pada film ini, menjadikannya tontonan yang sangat berkesan.
Film Marlina Si Pembunuh tidak hanya mendapatkan pujian dari kritikus, tetapi juga meraih berbagai penghargaan di festival film internasional bergengsi, seperti Festival Film Cannes (melalui program Director’s Fortnight). Pengakuan ini menegaskan kualitas sinema Indonesia yang mampu bersaing di kancah global, mengangkat cerita lokal dengan standar produksi kelas dunia yang patut diacungi jempol.
Di Bandung, Marlina Si Pembunuh menjadi perbincangan hangat di kalangan pecinta film. Diskusi mengenai plot, visual, dan pesan feminisme dalam film ini marak terjadi di komunitas film independen dan mahasiswa. Popularitasnya di Bandung menunjukkan apresiasi terhadap karya sinema yang berani dan berbeda, melampaui genre horor yang sedang populer.
Marlina Si Pembunuh juga membawa pesan kuat tentang pemberdayaan perempuan dan keadilan. Marlina adalah simbol perlawanan terhadap kekerasan dan ketidakadilan yang seringkali menimpa perempuan. Film ini mengajak penonton untuk merenungkan isu-isu sosial yang relevan, menyoroti pentingnya keberanian untuk berdiri tegak di tengah penindasan yang ada.